Petani Tembakau Lombok Waspada Ancaman Kemarau Basah
Anomali cuaca dan kemarau basah bikin petani tembakau di Lombok kerja ekstra. Hujan turun saat kemarau bisa jadi ancaman panen gagal.
Lomboklite.com - Cuaca lagi nggak bisa diajak kompromi, sob! Di saat seharusnya musim kemarau membawa cuaca panas dan cerah, eh yang datang malah hujan terus. Fenomena ini dikenal sebagai kemarau basah, dan dampaknya udah mulai bikin resah petani tembakau di Lombok.
Kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sampang, Suyono, tanaman tembakau itu gampang mati kalau terus-terusan kena hujan. Jadi, tiap hujan datang, petani harus cepat-cepat buang air ke saluran irigasi biar nggak merendam tanaman.
"Kalau terus diterpa hujan ya tentu bisa gagal panen," jelas Suyono, Selasa (20/5/2025).
Menurut BMKG, anomali cuaca ini disebabkan kombinasi suhu laut yang lagi hangat banget—sekitar 29 sampai 30°C—dan pola sirkulasi udara yang berubah. Akhirnya, meski kalender bilang ini musim kemarau, tapi hujan masih aja turun. Inilah yang disebut kemarau basah.
Apa Itu Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah saat hujan masih turun secara berkala padahal udah masuk musim kemarau. Biasanya sih musim ini identik sama langit cerah dan udara kering. Tapi sekarang, cuaca malah sering gelap dan turun hujan di waktu yang nggak biasa.
Kenapa Bisa Terjadi?
Kata BMKG, penyebabnya bisa macem-macem: mulai dari suhu laut yang hangat, La Nina yang lagi menuju fase netral, sampai Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Semua itu bikin hujan tetap datang meskipun udah ganti musim.
La Nina sendiri dikenal bisa ningkatin curah hujan di Indonesia. Jadi, wajar aja kalau sawah dan ladang makin basah. Tapi sayangnya, buat tanaman kayak tembakau, kondisi ini bisa jadi bencana kecil.
Dampak Buat Petani
Di satu sisi, kemarau basah bikin pasokan air tetap aman. Tapi di sisi lain, tanah yang terlalu lembap justru bikin tanaman jadi rentan hama dan penyakit. Petani jadi bingung kapan waktunya tanam atau panen. Salah langkah dikit, bisa gagal total!
Komoditas kayak tembakau, jagung, kedelai sampai kacang-kacangan bisa merugi kalau curah hujan tak terprediksi. Ini bukan cuma masalah pertanian, tapi juga bukti nyata kalau perubahan iklim global udah berdampak langsung ke kehidupan sehari-hari.
Prediksi Cuaca dari BMKG
BMKG memperkirakan kemarau basah ini bakal berlangsung sampai Agustus 2025. Setelah itu masuk musim pancaroba (transisi) pada September–November. Musim hujan diprediksi baru dimulai Desember 2025 sampai Februari 2026.
Daerah-daerah yang kena dampak paling besar antara lain Jawa bagian barat dan tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah. Jadi buat warga Lombok, khususnya petani, wajib waspada dan mulai siasati cuaca dari sekarang ya!
Intinya? Cuaca sekarang nggak bisa ditebak. Petani tembakau di Lombok mesti kerja ekstra buat selamatin tanamannya. Dan kita semua, harus makin sadar pentingnya info cuaca dan perubahan iklim. Bukan cuma buat jalan-jalan, tapi juga buat nyelametin pangan kita!
Sumber: BMKG, RRI Mataram, CNN Indonesia


